Kamis, 08 Desember 2016

Mereguk Rupiah dari Kesegaran Mata Air Sikumbang

Annisa Fasuabo, sukses berbisnis berkat mata air Sikumbang.
Potensi besar mata air sikumbang di Desa Pulau Sarak, Kampar, Riau menjadi berkah bagi bisnis yang dikelola wanita bernama Annisa Fasuabo. Melalui Matas, brand usahanya yang bergerak di bisnis air bersih, dia mampu meraup omset jutaan rupiah per hari melalui pemanfaatan mata air tersebut.
Bisnis yang dikelolanya sejak masih kuliah ini, ternyata juga memberikan manfaat dalam bentuk lain
. Yakni, mampu memberdayakan masyarakat tempatan melalui perluasan lapangan kerja. Terutama para anak desa yang putus sekolah. Roda ekonomi desa pun ikut tergerak.
Saat ini ada dua produk yang digarapnya, yakni air galon dengan brand Matas dan air jerigen untuk kebutuhan rumah tangga. Matas sendiri merupakan singkatan dari Mata Air Sikumbang.
Mata air yang mengalir dari sebuah bukit yang dikenal dengan Bukit Sikumbang memang sudah lama menghidupi masyarakat Pulau Sarak. Mata air ini membawa manfaat besar bagi warga Pulau Sarak, sebuah desa berlanskap perbukitan yang berjarak 30-an menit dari kota Pekanbaru.
Segala macam kebutuhan, mulai air bersih, pengairan sawah, hingga kolam-kolam ikan masyarakat mampu dipenuhi oleh mata air tersebut.
Tahun 2010, mulai banyak perorangan yang mengomersilkan mata air sikumbang. Mata air yang berada di kaki bukit dialirkan melalui pipa-pipa panjang ke tempat pengolahan. Antrean mobil yang mengangkat ribuan jerigen berisi air menjadi pemandangan sehari-hari di desa yang mayoritas masyarakatnya berkebun dan bertani ini.   
Di stasiun pengisian air miliknya, di Desa Pulau Sarak, Nesa mengisahkan perjalanan bisnisnya. Perempuan 25 tahun ini menceritakan, Matas sudah dirintis sejak awal 2012. Sejak dia masih duduk di bangku kuliah. Ide bisnisnya berasal dari keluarga. Terutama sang ayah, yang memang sudah bergelut di beberapa bidang bisnis.
‘’Waktu itu kita melihat ada potensi untuk buka usaha pengisian air. Soalnya waktu itu kita lihat belum ada usaha pengisian air yang punya badan hukum. Kita rembukkan satu keluarga, berapa modal dan pengurus. 2011 kita mulai mengerjakan dan punya badan usaha pada 2012,’’ sebut alumni Ilmu Pemerintahan, FISIP, Universitas Riau ini.
Aktivitas para karyawan Matas
Tantangan untuk memulai bisnis juga tidak mudah. Pasalnya ia dan keluarga bukan orang tempatan. Sementara mata air Sikumbang berada di kawasan hutan adat. Solusinya, harus melakukan musyawarah terlebih dahulu dengan pemuka desa. Agar sumber mata air bisa digarap menjadi sebuah usaha yang bermanfaat.
‘’Kesulitannya, karena posisinya saya dan keluarga orang luar. Masuk ke desa yang panjang prosesnya. Kita mulai pelan-pelan. Kita lakukan musyawarah dengan desa. Setelah sepakat baru kita mulai bangun pengisian,’’ sebutnya.
Singkat cerita, kesepakatan terjalin. Dilanjutkan dengan mengurus berbagai perijinan, seperti ijin kesehatan dan produksi, serta paten.
Saat ini, dari usaha miliknya, sekitar 4.000 liter air per hari dibawa ke berbagai tempat di Riau. Sebagian besar didistribusikan untuk memenuhi kebutuhan warga di Kabupaten Kampar. Sementara sebagian lagi dijual ke Pekanbaru, Siak, hingga Pelalawan.
Air galon Matas misalnya, mensuplai kebutuhan air minum di beberapa bank di Pekanbaru, kampus-kampus, perkantoran, rumah tangga, serta sekolah-sekolah Adiwiyata atau berwawasan lingkungan.
Sementara itu, air bersih dalam jerigen menyasar pasar menengah ke bawah, terutama kebutuhan rumah tangga di daerah-daerah yang sulit air bersih.
‘’Banyak tempat peredaran air. Karena kita lihat kelayakan. Air kita layak minum dan layak konsumsi. Itulah yang kita distribusikan ke rumah tangga. Yang pakai jerigen kelasnya menengah ke bawah,’’ lanjut Nesa.  
Air dari sumber mata air sikumbang ini sendiri sangat segar. Ph-nya berkisar antara 6,5 sampai 7. ‘’Itu standar layak minum,’’ tambahnya.
Selain segar, air minum Matas juga sudah diproses secara baik dan benar. Bahkan, setiap tiga bulan sekali otoritas kesehatan akan datang guna melakukan pengecekan dan pemantauan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar