Tenun Wan Fitri |
Rumah Tenun Wan Fitri bisa menjadi tempat terbaik untuk membeli dan menikmati keindahan tenun songket khas melayu Riau. Hampir setengah abad lamanya, rumah tenun ini terus bertahan dengan motif Riau dan keunggulan kualitasnya.
Rumah Tenun Wan Fitri menempati sebuah pekarangan yang cukup luas di Jalan Kayu Manis nomor 44 atau Subrantas Lama, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru.
Sebuah rumah bergaya melayu dengan 3 lantai berdiri di atas pekarangan tersebut. Persis di depannya, sebuah pohon besar dengan daun yang lebat berdiri sebagai peneduh.
Di lantai bawah, puluhan alat untuk menenun atau yang dikenal dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tampak memenuhi ruangan yang cukup luas.
Sementara di lantai atas, difungsikan sebagai galeri. Berbagai produk tenun khas melayu mulai dari suvenir, tenunan, dan pakaian khas melayu bisa ditemukan di lantai ini.
Siang itu hanya ada empat pekerja yang sedang sibuk menenun. Masing-masing sedang mengerjakan beberapa motif tenun yang berbeda. Sementara, alat tenun lainnya tampak tidak terpakai.
Hj Mursidah (62), pemilik tenun Wan Fitri mengatakan, mencari penenun saat ini menjadi hal sulit. Meski punya puluhan alat tenun, jumlah pekerjanya saat ini tinggal 12 orang.
Hj Mursidah (62), pemilik tenun Wan Fitri mengatakan, mencari penenun saat ini menjadi hal sulit. Meski punya puluhan alat tenun, jumlah pekerjanya saat ini tinggal 12 orang.
''Sebagian lagi menenun di rumah. Alat tenunnya mereka bawa pulang,'' ujarnya.
Rumah Tenun Wan Fitri sudah ada sejak tahun 1969. Dulunya rumah tenun tersebut berlokasi di Jalan Perdagangan, Senapelan. Tidak begitu jauh dari kawasan Sungai Siak. Baru pada tahun 1978, pindah ke lokasi yang sekarang.
Rumah Tenun Wan Fitri sudah ada sejak tahun 1969. Dulunya rumah tenun tersebut berlokasi di Jalan Perdagangan, Senapelan. Tidak begitu jauh dari kawasan Sungai Siak. Baru pada tahun 1978, pindah ke lokasi yang sekarang.
Asal-usul tenun Wan Fitri berawal dari Bukit Batu, tepatnya Desa Bukit Batu Laut. Sebuah daerah di Kabupaten Bengkalis yang lekat dengan lagu berjudul ''Laksamana Raja Dilaut'' yang dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Iyeth Bustami.
Dari Bukit Batu inilah Mursida berasal. Sebelum akhirnya memutuskan hijrah ke Pekanbaru.
Di Desa Bukit Batu Laut sendiri, saat ini, masih banyak ditemui para ibu yang sehari-harinya menenun. ''Tenun di Bukit Batu pun sampai sekarang selalu dicari orang. Tak ada namanya tak laku terjual," kata Mursida.
Di Desa Bukit Batu Laut sendiri, saat ini, masih banyak ditemui para ibu yang sehari-harinya menenun. ''Tenun di Bukit Batu pun sampai sekarang selalu dicari orang. Tak ada namanya tak laku terjual," kata Mursida.
Di Pekanbaru, tenun Wan Fitri sudah cukup terkenal. Pelanggannya datang dari berbagai kalangan. Berbagai perusahaan, pemerintahan, pejabat, hingga gubernur selalu menggunakan tenun songketnya dalam acara-acara resmi.
Para wisatawan yang datang ke Pekanbaru pun kerap membeli oleh-oleh tenun songket di sini.
Pelanggan biasanya membeli kain tenun Wan Fitri dengan cara memesan atau datang langsung ke galerinya. Mursida pun mengakui, dirinya selalu siap menerima pesanan dalam jumlah besar.
Pelanggan biasanya membeli kain tenun Wan Fitri dengan cara memesan atau datang langsung ke galerinya. Mursida pun mengakui, dirinya selalu siap menerima pesanan dalam jumlah besar.
''Sebab, kita punya banyak pekerja dan cabang-cabang di berbagai daerah. Jadi kalau ada permintaan dalam partai besar, kita selalu siap,'' sebutnya.
Mursida menuturkan, keistimewaan tenun Wan Fitri ada pada kualitasnya. "Kualitasnya, kalau orang sudah ngerti, beda dengan orang lain punya. Benang yang kita pakai asli atau yang bagusnya," jelasnya.
Tenun Wan Fitri memiliki banyak motif. Antara lain, motif siku keluang, motif siku keluang, motif siku awan, motif pucuk rebung penuh, motif pucuk rebung bertabur, motif pucuk rebung bertali, motif mata panah, hingga motif daun tunggal dan sebagainya.
Produk yang ada digaleri Wan Fitri cukup beragam. Seperti, sulam tekat, talam tepung tawar, kotak hantaran, tas, alas meja, dompet, kotak memo, sendal, tanjak, bahan baju, seragam blazer, hingga baju pengantin.
Tas dengan motif songket melayu Riau dijual seharga Rp 700 ribu, dompet Rp 130 ribu, kotak memo Rp 85 ribu. Sementara untuk kain tenun songket dijual mulai paling murah Rp 1 juta dan paling mahal Rp 4 juta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar