Jumat, 09 Desember 2016

Berkunjung ke Sentra Rotan Pekanbaru di Rumbai

Sentra kerajinan Rotan yang berada di Jalan Yos Sudarso, Rumbai, 
Jika melintasi Jalan Yos Sudarso Rumbai, Anda akan melihat deretan hasil kerajinan rotan yang berjejer rapi. Berbagai macam dan bentuk kerajinan dari rotan siap memukau mata Anda. Rotan disulap menjadi perabotan yang unik dan antik, dan tentunya sayang untuk dilewatkan.
Furniture rotan seakan tidak pernah ada matinya. Meskipun penggunaan furniture dari material lain seperti kayu, bambu dan besi sempat mendominasi, rotan tetap mendapat tempat bagi para pecintanya.
Furniture rotan sudah terkenal dari dulu. Di Riau sendiri, pada tahun 90an rotan sudah mendominasi pasaran furniture. Berbagai perabotan dan alat-alat rumah tangga dari rotan menjadi incaran. Baik bagi masyarakat sendiri, maupun dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan.
Sentra rotan di Riau terletak di Jalan Yos Sudarso, Rumbai. Di sepanjang kiri jalan – bila menuju ke luar kota - Anda akan melihat berbagai macam perabotan dan hiasan rumah terbuat dari rotan. Deretan hasil kerajinan rotan ini akan langsung mencuri perhatian Anda.
Mulai dari berbagai macam kursi, seperti kursi tamu, kursi goyang, kursi anak, dan kursi santai. Tak hanya itu, barang yang sering dicari pelanggan selain kursi adalah tudung saji, ayunan bayi, piring rotan dan keranjang.
Di sini Anda juga akan menemukan berbagai barang rumah tangga lainnya yang menarik. Anda juga bisa memiliki gantungan lampu, keranjang loundry, hulahup, kuda-kudaan untuk anak, anak, bahkan pot bunga yang terbuat dari rotan. Banyak pilihan yang bisa Anda temukan ketika menyambangi sentra rotan di Rumbai.
Salah satu pengrajin sedang mengerjakan pesanan keranjang di sentra kerajinan rotan Rumbai, Pekanbaru.
Salah satu pedagang rotan yang kami jumpai , Sugianto, mengaku sudah berjualan di Rumbai sejak tahun 1994. Tak hanya sebagai penjual, Sugianto juga merupakan pengrajin rotan yang handal. Meskipun sudah memiliki sejumlah karyawan, Sugianto tetap turun tangan dalam proses pembuatan produk, untuk memastikan kualitas.
Hingga saat ini Sugianto memiliki sekitar 13 orang pengrajin yang membantunya untuk memenuhi permintaan pelanggan terhadap perabotan dan barang rumah tangga dari rotan.
Produk yang dijual oleh Sugianto merupakan produk handmade. “Semua proses dalam pembuatannya dilakukan oleh pengrajin, mbak. Mulai dari kerangka, penganyaman, hingga finishing,” ujar Sugianto.
Pengrajin tidak menyediakan produk dalam jumlah banyak, “Kalau mau beli dalam jumlah banyak, harus dipesan dulu, baru kita buatkan,” jelas Sugianto.
Sugianto juga mengatakan, untuk membuat satu kursi tamu dengan model yang rumit, membutuhkan waktu sekitar 6-7 hari, sedangkan dengan model sederhana membutuhkan 3-4 hari. Untuk barang-barang lain yang lebih simple tentunya tak memakan waktu lama dalam pembuatannya.
Untuk pembuatan rangka dan penganyaman dilakukan di rumahnya, sedangkan unntuk finishing, Sugianto sengaja membawa hasil kerajinan para pengrajin ke kedai. “Untuk finshing kita kerjakan di kedai, mbak. Biar  para pembeli yang datang juga dapat melihat proses pembuatan kerajinan rotan,” jelas Sugianto.
Untuk bahan baku rotan, Sugianto dan pengrajin lainnya menggunakan rotan hasil Indonesia. Baik itu rotan pabrikan, atau pun rotan yang diambil dari pencari rotan langsung.
Biasanya, rotan yang digunakan oleh pengrajin di sini merupakan Rotan setengah jadi yang siap olah.
Adapun jenis-jenis rotan yang mereka gunakan adalah rotan getah, rotan danar, rotan semambu dan rotan sega. Adapun rotan pabrikan yang mereka pakai adalah rotan manau yang telah dipoles, ritrit, kor dan tali pengikat.
Harga yang ditawarkan untuk produk rotan ini pun tidak terlalu mahal, jika kita bandingkan dengan perabotan dari material lainnya.
Sentra Kerajinan Rotan di Rumbai, Pekanbaru
Untuk satu kursi tamu atau kursi santai, Sugianto menawarkan dengan harga Rp 450.000. Kursi anak-anak seharga Rp 100 ribu, kuda-kudaan Rp 120 ribu. Sedangkan untuk piring rotan, hanya berkisar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu saja.
Hasil kerajinan rotan ini sering dijadikan cindera mata bagi pemudik untuk kerabat di kampung. “Yang sering beli itu orang-orang dari Pekanbaru yang mau pulang ke daerahnya. Makanya semua kedai-kedainya menumpuk di sebelah kiri, biar pelanggan gak susah-susah mutar lagi,” ujar Sugianto sambil tersenyum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar