Jumat, 09 Desember 2016

Semaraknya Suasana 'Kampung Terompet' Jelang Tahun Baru

Pengrajin Kampung Terompet tengah mengerjakan terompet untuk menyambut tahun baru
Menjelang tahun baru, terompet-terompet kertas warna warni mulai bermunculan. Berbagai macam bentuk, warna dan ukuran terompet mulai dari yang besar kecil, panjang, pendek, bentuk naga, bentuk lurus, hingga terompet bentuk tokoh kartun anak-anak dengan mudah kita temui.
Tidak afdhol rasanya menyambut detik-detik pergantian tahun tanpa tiupan terompet. Di Pekanbaru sendiri tradisi meniup trompet sudah dimulai pada awal tahun 90an. Hingga saat ini terompet seakan tak terpisahkan dari detik-detik menyambut pergantian tahun.
Penasaran dengan terompet kertas untuk tahun baru yang mulai bermunculan di beberapa jalan strategis dan toko mainan, tripriau.com menelusuri salah satu daerah pengrajin terompet di Pekanbaru.
Berlokasi di Jalan Ros, Kulim, kami menemukan satu kampung yang rumah penduduknya dipenuhi oleh ribuan terompet kertas berbagai macam bentuk dan ukuran.
Terompet-terompet disini merupakan hasil kerajinan para pengrajin terompet di daerah ini. Secara berkala terompet ini didistribusikan ke penjual-penjual terompet untuk memeriahkan momen pergantian tahun baru.
Warga disini menyebutnya dengan "Kampung Terompet". "Karena di sini mayoritas penduduknya adalah pengrajin terompet kertas, makanya dinamai begitu mbak,” jelas Samuri, salah satu pengrajin terompet kertas yang kami temui.
Samuri sendiri merupakan generasi kedua dari salah seorang pengrajin terompet. Ya, terompet di Pekanbaru sudah menjadi tradisi semenjak sekitar 15 tahun yang lalu. Di bawa oleh Pak Sudi, pengrajin perantauan dari Wonogiri, Jawa Tengah, terompet secara perlahan beliau kenalkan ke masyarakat Pekanbaru.
Perjuangan beliau memperkenalkan terompet dimulai pada tahun 1985. Pada saat itu, terompet masih belum dilirik oleh masyarakat. Namun Pak Sudi tidak putus asa, beliau terus membuat dan menjajakan terompetnya dari tahun ke tahun. hingga pada awal tahun 90an, masyarakat mulai terbiasa dengan meniup terompet kertas dalam menyambut pergantian tahun.
Hingga saat ini, terompet kertas masih menjadi salah satu simbol tahun baru bagi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan terompet di Pekanbaru dan daerah sekitarnya, Masyarakat di Kampung terompet telah memulai pembuatan terompet jauh-jauh hari sebelum pergantian tahun.
Berasal dari Wonogiri, para pengrajin juga memboyong keluarga-keluarga mereka untuk mendulang keuntungan dari pembuatan terompet kertas di Pekanbaru. Terhitung sebanyak 14 rumah menjadi pengrajin terompet kertas untuk menyambut pergantian tahun.
"Dalam satu rumah, bisa memakai lima sampai enam orang tenaga kerja. Jadi kerjanya berkelompok per rumah, mbak," terang Samuri.
Dengan lihai, para pengrajin menyatukan potongan-potongan kertas dan membentuknya menjadi terompet beraneka ragam. Terompet-terompet ini dibuat secara manual, tanpa ada bantuan mesin. Setiap hari, menjelang momen tahun baru para pengrajin berjibaku menghasilkan beribu-ribu terompet.
Frekuensi pembuatan terompet akan semakin terasa mulai bulan November. Para pengrajin mulai lembur hingga larut malam demi memenuhi kebutuhan pesanan terompet. Dalam sehari, satu rumah dapat menghasilkan 200 buah terompet kertas berbagai macam bentuk.
Dalam setiap pergantian tahun, ratusan ribu terompet telah dihasilkan dari jemari tangan para pengrajin asal Wonogiri ini. Berbagai macam terompet mereka bentuk setiap harinya menjelang pergantian tahun.
Terompet Ular Naga menjadi bentuk yang paling digemari setiap tahunnya. Selain ular naga, para pengrajin juga membuat terompet berbentuk karakter kartun anak-anak, hingga terompet model klasik pun masih menjadi pilihan masyarakat.
Berbagai macam bentuk, warna dan ukuran terompet mulai dari yang besar kecil, panjang, pendek, bentuk naga, bentuk lurus, hingga terompet bentuk tokoh kartun anak-anak
Omset Berkurang, Tergerus Terompet Buatan Pabrik
Penjualan terompet kertas hasil kerajinan tangan ini mencapai puncaknya beberapa tahun yang lalu. Para pengrajin berhasil menjual hingga 240 ribu buah terompet dalam sekali momen pergantian tahun. Namun belakangan ini peminat terompet kertas sudah berkurang. Terompet kertas mulai tersingkirkan oleh terompet-terompet pabrikan. Hal ini tentu berdampak pada orderan terompet kertas yang di terima oleh para pengrajin di Kampung Terompet.
Ekonomi yang lesu dan minat masyarakat yang mulai beralih ke terompet pabrikan membuat dampak pendapatan para pengrajin terguncang. Untuk tahun ini saja, para pengrajin hanya mendapat orderan sebanyak 90 ribu terompet.
"Banyak berkurang orderannya mbak. Tapi gimana lagi? Cari makan nya dari sini. Tetap lanjut aja buat terompetnya,” aku Samudi memelas.
Sekarang, pengrajin terompet sudah ada di beberapa tempat di Pekanbaru. Salah satunya di Jalan Arifin  Achmad. Pengrajin terompet kertas di tempat ini juga berasal dari Wonogiri. Wonogiri memang terkenal sebagai daerah penghasil kerajinan dan mainan anak-anak.
Sebagian dari pengrajin tersebut menetap dan memboyong keluarga mereka ke Kota Bertuah. Sedangkan sebagian meninggalkan keluarganya di kampung. Dua hingga tiga bulan sekali mereka kembali ke Wonogiri untuk menjenguk keluarga.
Harapan mereka, setiap momen pergantian tahun, keuntungan yang mereka peroleh dapat dikirim ke keluarga di kampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar