Senin, 12 Desember 2016

Ruang Televisi dan Hidup Kaya Tanpa Korupsi

www.mediaindonesia.com
Di layar kaca, seorang host program talkshow di salah satu stasiun televisi tengah berbincang dengan seorang advokat. Perbincangan menjurus panas saat sang host mencoba memancing si pengacara dan sedikit menyudutkan klien yang dibelanya. Acara akhirnya harus berlangsung dengan tensi tinggi hingga akhir.

Program ini - yang saya tonton sekitar setahun yang lalu - membahas tentang kasus korupsi yang melibatkan seorang petinggi partai politik ketika itu. Kasus ini sempat hangat dan heboh di media.

Begitulah gambaran keseharian kita. Berbagai pemberitaan tentang kasus korupsi senantiasa mewarnai layar kaca. Televisi memang cukup massif dalam memberitakan perkara rasuah ini. 

Konsep programnya macam-macam. Mulai dari news, feature, hingga talkshow. Ruang-ruang keluarga Indonesia yang nyaman diserbu oleh tayangan korupsi di televisi. Slot yang disediakan televisi untuk tayangan-tayangan itu juga terbilang tinggi.

Beda TV maka beda pula cara mereka mem-framming isunya. Beda kepentingan, maka beda pula cara mereka mengonstruksi pemberitaannya.

The Founding Fathers House (FHH) menyebut, kasus suap dan korupsi paling sering muncul di media massa nasional dibanding isu-isu lain dalam satu tahun terakhir. Tujuh dari 10 berita yang berfrekuensi tinggi adalah tentang korupsi.

Bisa dibayangkan, bagaimana pemberitaan korupsi menginvasi ruang-ruang keluarga yang nyaman. Ditonton oleh anggota keluarga, mulai suami, istri, hingga anak.

Lantas, apa dampak yang dihasilkan dari pemberitaan ini? Semakin sadarkah khalayak akan perilaku korupsi? Bisakah kasus korupsi ditekan?

Pastinya, harus dilihat lagi pemberitaan seperti apa yang mendominasi. Berita-berita yang bersifat mendidik tentang bahaya korupsi sedikit banyak akan masuk ke kepala penonton. Sedikit banyak juga akan mengeleminir keinginan untuk korupsi. Tapi, mesti digaris bawahi, hanya dari satu sisi; Tayangan.

Nyatanya, berita korupsi masih didominasi soal perkara, pejabat yang terkena operasi tangkap tangan, kepala daerah yang kena suap, dan sebagainya. Sedikit sekali porsi acara yang mengangkat korupsi dari sisi pencegahan. Menampilkan edukasi tentang korupsi secara kreatif dan menghibur, yang mungkin saja lebih mudah diterima khalayak.

Dan lucunya, televisi malah berasyik-masyuk mengangkat sisi-sisi sensasional dalam tayangan tentang korupsi. Dari pada membuat sebuah tayangan yang berkualitas. Bagi televisi, semuanya tentu dilakukan atas pertimbangan rating.

Pengaruh Televisi dalam Ruang Keluarga

Televisi adalah media yang tergolong unik dalam sejarah penemuan media saat ini. Komunikasi yang memadukan dua unsur audio dan visual membuat media ini lebih mudah dinikmati dibandingkan media lainnya. Anak-anak misalnya, akan lebih mudah meniru apa yang dilihatnya di TV.

Keunikan televisi ini yang akan membuat masyarakat mudah terpengaruh terhadap isi tayangan. Televisi, sebagai bagian komunikasi massa, akan memunculkan dua pengaruh; positif dan negatif.

Begitupun tayangan perkara korupsi di televisi. Dua pengaruh ini bisa muncul secara bersamaan. Pengaruh positifnya, penonton sadar tentang bahayanya melakukan korupsi. Bisa berurusan dengan polisi, KPK, maupun kejaksaan. Bisa masuk bui, kehilangan teman, keluarga, hingga jabatan.

Pengaruh negatifnya, ya, terkait karakter televisi yang mudah ditiru tadi. Orang, tidak hanya meniru hal baik yang dilihatnya di TV. Hal-hal buruk pun sangat rentan untuk ditiru. Misalnya, yang terkait dengan modus operandi.

Tentu tidak boleh bila kita dalam posisi membiarkan televisi melakukan komunikasi satu arah. Memposisikan khalayak hanya dalam posisi menerima. Tayangan televisi tentang korupsi bisa berperan sebagai penyadaran, namun perlu nilai tambah untuk pemahaman.
 
www.bangfauzi.com
Mencegah Korupsi dari Diri Sendiri dan Keluarga

Ketika televisi semakin gencar bicara korupsi hingga menyentuh ruang privat, ruang nyaman kita dalam keluarga, maka perlu dilakukan upaya edukasi di lingkungan keluarga tersebut. Caranya memberikan pemahaman, pendidikan, dan pengetahuan tentang korupsi. Selanjutnya melakukan langkah nyata pencegahan dini di lingkungan keluarga.

Mengapa keluarga? Sebab, keluarga merupakan lingkup terkecil dari organisasi sosial. Upaya-upaya bisa dilakukan secara sederhana, misalnya tidak perlu mengeluarkan cost yang tinggi. Sebab, pendekatannya interpersonal dan kekeluargaan.

Selain itu, lingkungan keluarga memungkinkan pendidikan anti korupsi dan pengajaran nilai-nilai diberikan lebih dini. Supaya generasi kita tidak tumbuh menjadi generasi yang permisif terhadap perilaku koruptif. Soalnya, urgensi dari korupsi bukanlah penindakan, tapi pencegahan. Nah, keluarga sebagai lingkup terkecil bisa menjadi starting point-nya.

Ingat, korupsi bukan hanya soal jumlah uang yang besar, melibatkan pejabat-pejabat tinggi, hingga merampas uang negara. Kata mantan pimpinan KPK Bambang Widjojanto, tidak menepati janji pun bisa dikatakan sebagai korupsi.
  
Dalam peringatan Hari Anti Korupsi di Provinsi Riau, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang menyampaikan, bahwa semakin hari pelaku korupsi rentang usianya semakin muda. Ini mengisyaratkan, bahwa langkah-langkah pencegahan korupsi memang harus dilakukan sejak dini.

Hidup Kaya Tanpa Korupsi

Sebagai orang biasa, tentu tak mudah bagi saya menyuarakan pencegahan korupsi dalam skala lebih luas. Namun, mencegah diri sendiri dan keluarga agar tidak berperilaku koruptif tentu sangat mungkin dilakukan.

Nah, berikut upaya yang saya lakukan untuk mencegah diri saya dan keluarga terlibat dalam urusan korupsi:

Pertama, menerapkan pola hidup sederhana. Hidup sederhana adalah menjalani hidup secara bersahaja, tidak bermewah-mewahan, memiliki jiwa sosial dan kepedulian yang tinggi. Hidup mewah ini adalah hidup berlebih-lebihan. Misalnya, punya mobil tiga, padahal cuma butuh satu.

Hal ini penting supaya kita mampu menyesuaikan antara pendapatan dan pengeluaran. Hidup boros dan bermewah-mewah bisa memancing budaya korupsi dalam keluarga. Contohnya, ketika istri atau anggota keluarga lainnya hidup bermewah-mewah dan tidak wajar, membuat si suami berusaha mati-matian memenuhi tuntutan istrinya. Akhirnya suami menghalalkan segala cara. Ujungnya, terjebak dalam kasus korupsi. Hal seperti ini paling jamak ditemui dalam berbagai kasus korupsi.

Kedua, manajerial dan tata kelola keuangan yang baik. Keluarga adalah perusahaan dalam skala kecil. Segala sesuatunya harus berawal dari perencanaan dan tata kelola yang baik. Tekad saja tidaklah cukup untuk menerapkan pola hidup sederhana.

Manajerial dan tata kelola keuangan yang saya lakukan meliputi, pengaturan pengeluaran, mengoptimalkan pendapatan, membedakan antara kebutuhan dan keinginan, pendidikan anak, hobi, hingga pembagian tugas.

Sistem manajerial dan tata kelola keuangan ini harus dilakukan sebaik mungkin. Agar pola hidup sederhana dan apa adanya bisa diimplementasikan secara baik.

Ketiga, pendidikan karakter dan keteladanan. Bila orang tua sudah mengajarkan nilai-nilai kejujuran, kebaikan, dan keteladanan pada anak sejak dini, maka setelah beran
jak dewasa nilai-nilai tersebut akan terus terpatri pada anak.

Di sinilah, andil keluarga sangat penting dalam pembentukan karakter seorang anak/generasi yang anti korupsi.

Keempat, Transparansi. ‘’Jangan ada dusta di antara kita’’. Ini menjadi kalimat penting dalam membangun transparansi di dalam ruang keluarga. Segala hal yang berkaitan dengan pengelolaan rumah tangga harus dikomunikasikan secara transparan.

Transparansi, sesungguhnya tidak hanya berlaku dalam tata kelola pemerintahan saja. Keluarga yang baik, yang punya budaya kuat dan tangguh, juga butuh transparansi.

Nah, empat sikap ini bila diaplikasikan secara baik, akan membawa kebaikan dan tetap bisa menjalani ‘’hidup kaya, meski tanpa korupsi’’.

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Hari Anti Korupsi Internasional yang diselenggarakan KPK dan Blogger Bertuah Pekanbaru






Jumat, 09 Desember 2016

Menyambangi Pasar Wisata Tertua di Pekanbaru

Pasar Wisata Pasar Bawah, pasar tertua di Kota Pekanbaru
Tak lengkap rasanya jika berkunjung ke Kota Pekanbaru tanpa mengunjungi Pasar Bawah yang telah diresmikan oleh pemerintah sebagai pasar wisata. Di pasar bawah, Anda dapat membeli berbagai pernak-pernik antik dengan harga miring.
Pasar bawah terletak di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Senapelan serta berada persis di dekat Sungai Siak dan pelabuhan. Pasar ini menjadi pusat perbelanjaan barang-barang antik dan pernak-pernik rumah tangga yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Pasar Bawah terdiri dari empat lantai dengan berbagai fasilitas seperti area parkir, toilet, mushalla dan eskalator yang memudahkan pengunjung untuk mengakses antara satu lantai ke lantai lainnya.
Memasuki pintu masuk menuju basement pasar bawah, Anda akan langsung menemui belasan pedagang yang menjual berbagai bentuk dan motif gordyn, seprai, bantal, selimut dan lain-lain.
Selain itu, di lantai ini Anda juga akan menjumpai pedagang yang menjual berbagai oleh-olehberupa makanan khas Riau serta beberapa jenis ikan teri, salai dan ikan asin. Ikan-ikan ini didatangkan dari berbagai daerah seperti Selat Panjang, Bengkalis, Tanjung Pinang, Medan, Sumatera Barat (Sumbar) hingga Kalimantan.
Harga ikan yang dijual berjejer rapi ini pun beragam, mulai dari 70 hingga 280 ribu rupiah.
“Yang paling mahal harganya itu ikan bilis dari Sumbar,” kata seorang pedagang, kata Anton 
Selain ikan, disini juga dijual berbagai bumbu masakan kasar maupun yang sudah ditumbuk halus seperti bawang putih, bawang merah, cabai dan sebagainya.
“Biasanya pembeli itu ramainya di hari-hari libur. Yang beli juga bukan cuma orang Pekanbaru, tapi juga dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura dan Thailand,” tutur Anton.
Kembali menyusuri basement pasar ke bagian sebelah kiri, akan Anda temukan beberapa pedagang yang menjual aneka makanan serta keripik khas Riau dan Sumbar. Jadi tak perlu jauh-jauh ke Sumbar untuk dapat mencicipi keripik khasnya seperti sanjai dan teman-temannya. Anda cukup datang ke pasar bawah dan membawa pulang keripik ini dengan harga terjangkau tentunya.
Aneka makanan khas Riau dapat ditemukan di Pasar Wisata Pasar Bawah, seperti lempuk durian, keripik nenas, bolu kemojo dan lain-lain
Naik ke lantai satu,  di sini dijual berbagai tas cantik untuk wanita dengan kualitas dan harga yang juga miring. Selain itu juga terdapat pedagang yang menjual emas, jam, kerajinan khas Riau seperti Kain Songket Riau, batik Riau, Baju Melayu Khas Riau dan sebagainya.
Berjalan mengelilingi lantai satu pasar tertua di Pekanbaru ini, akan terdapat barang pecah belah, lampu-lampu hias, guci, patung dan keramik.  Barang-barang ini merupakan barang second yang diimpor dari luar negeri.
Mengenai kualitas, Anda tak perlu khawatir. Karena di pasar bawah ini menjual barang-barang dengan kualitas terbaik.
Lalu beranjak ke lantai dua, disini Anda akan dimanjakan dengan berbagai dagangan sepatu, pakaian wanita, pria dan anak serta koper untuk bepergian. Di lantai ini juga terdapat fasilitas toilet serta mushalla.
Lantai tiga dan empat pasar bawah belum digunakan secara maksimal. Di lantai tiga hanya terdapat beberapa pedagang yang menjual pakaian casual untuk pria dan wanita. Masih banyaktoko yang belum terisi di lantai ini. begitupun lantai empat yang belum difungsikan.

Berkunjung ke Sentra Rotan Pekanbaru di Rumbai

Sentra kerajinan Rotan yang berada di Jalan Yos Sudarso, Rumbai, 
Jika melintasi Jalan Yos Sudarso Rumbai, Anda akan melihat deretan hasil kerajinan rotan yang berjejer rapi. Berbagai macam dan bentuk kerajinan dari rotan siap memukau mata Anda. Rotan disulap menjadi perabotan yang unik dan antik, dan tentunya sayang untuk dilewatkan.
Furniture rotan seakan tidak pernah ada matinya. Meskipun penggunaan furniture dari material lain seperti kayu, bambu dan besi sempat mendominasi, rotan tetap mendapat tempat bagi para pecintanya.
Furniture rotan sudah terkenal dari dulu. Di Riau sendiri, pada tahun 90an rotan sudah mendominasi pasaran furniture. Berbagai perabotan dan alat-alat rumah tangga dari rotan menjadi incaran. Baik bagi masyarakat sendiri, maupun dijadikan oleh-oleh bagi para wisatawan.
Sentra rotan di Riau terletak di Jalan Yos Sudarso, Rumbai. Di sepanjang kiri jalan – bila menuju ke luar kota - Anda akan melihat berbagai macam perabotan dan hiasan rumah terbuat dari rotan. Deretan hasil kerajinan rotan ini akan langsung mencuri perhatian Anda.
Mulai dari berbagai macam kursi, seperti kursi tamu, kursi goyang, kursi anak, dan kursi santai. Tak hanya itu, barang yang sering dicari pelanggan selain kursi adalah tudung saji, ayunan bayi, piring rotan dan keranjang.
Di sini Anda juga akan menemukan berbagai barang rumah tangga lainnya yang menarik. Anda juga bisa memiliki gantungan lampu, keranjang loundry, hulahup, kuda-kudaan untuk anak, anak, bahkan pot bunga yang terbuat dari rotan. Banyak pilihan yang bisa Anda temukan ketika menyambangi sentra rotan di Rumbai.
Salah satu pengrajin sedang mengerjakan pesanan keranjang di sentra kerajinan rotan Rumbai, Pekanbaru.
Salah satu pedagang rotan yang kami jumpai , Sugianto, mengaku sudah berjualan di Rumbai sejak tahun 1994. Tak hanya sebagai penjual, Sugianto juga merupakan pengrajin rotan yang handal. Meskipun sudah memiliki sejumlah karyawan, Sugianto tetap turun tangan dalam proses pembuatan produk, untuk memastikan kualitas.
Hingga saat ini Sugianto memiliki sekitar 13 orang pengrajin yang membantunya untuk memenuhi permintaan pelanggan terhadap perabotan dan barang rumah tangga dari rotan.
Produk yang dijual oleh Sugianto merupakan produk handmade. “Semua proses dalam pembuatannya dilakukan oleh pengrajin, mbak. Mulai dari kerangka, penganyaman, hingga finishing,” ujar Sugianto.
Pengrajin tidak menyediakan produk dalam jumlah banyak, “Kalau mau beli dalam jumlah banyak, harus dipesan dulu, baru kita buatkan,” jelas Sugianto.
Sugianto juga mengatakan, untuk membuat satu kursi tamu dengan model yang rumit, membutuhkan waktu sekitar 6-7 hari, sedangkan dengan model sederhana membutuhkan 3-4 hari. Untuk barang-barang lain yang lebih simple tentunya tak memakan waktu lama dalam pembuatannya.
Untuk pembuatan rangka dan penganyaman dilakukan di rumahnya, sedangkan unntuk finishing, Sugianto sengaja membawa hasil kerajinan para pengrajin ke kedai. “Untuk finshing kita kerjakan di kedai, mbak. Biar  para pembeli yang datang juga dapat melihat proses pembuatan kerajinan rotan,” jelas Sugianto.
Untuk bahan baku rotan, Sugianto dan pengrajin lainnya menggunakan rotan hasil Indonesia. Baik itu rotan pabrikan, atau pun rotan yang diambil dari pencari rotan langsung.
Biasanya, rotan yang digunakan oleh pengrajin di sini merupakan Rotan setengah jadi yang siap olah.
Adapun jenis-jenis rotan yang mereka gunakan adalah rotan getah, rotan danar, rotan semambu dan rotan sega. Adapun rotan pabrikan yang mereka pakai adalah rotan manau yang telah dipoles, ritrit, kor dan tali pengikat.
Harga yang ditawarkan untuk produk rotan ini pun tidak terlalu mahal, jika kita bandingkan dengan perabotan dari material lainnya.
Sentra Kerajinan Rotan di Rumbai, Pekanbaru
Untuk satu kursi tamu atau kursi santai, Sugianto menawarkan dengan harga Rp 450.000. Kursi anak-anak seharga Rp 100 ribu, kuda-kudaan Rp 120 ribu. Sedangkan untuk piring rotan, hanya berkisar Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu saja.
Hasil kerajinan rotan ini sering dijadikan cindera mata bagi pemudik untuk kerabat di kampung. “Yang sering beli itu orang-orang dari Pekanbaru yang mau pulang ke daerahnya. Makanya semua kedai-kedainya menumpuk di sebelah kiri, biar pelanggan gak susah-susah mutar lagi,” ujar Sugianto sambil tersenyum.

Melihat Coworking Space Pertama di Pekanbaru

Volks Koffie yang beralamat di Jl. Rajawali, No. 5, Sukajadi, Pekanbaru.
Kini, para pekerja kreatif, pegiat komunitas, hingga perusahaan start-up di Pekanbaru bakal lebih mudah dalam berinteraksi. Hadirnya coworking space pertama di kota ini, memudahkan satu sama lain dalam berkolaborasi, guna mengembangkan ekosistemnya masing-masing.
Layanan coworking space ini dibawa oleh Volks.co, sebuah perusahaan berbasis hospitality dan public relation.
Mereka menawarkan sebuah konsep coworking space atau kantor bersama. Sesuatu yang belum pernah ada di Pekanbaru. Ini inovasi dari layanan mereka yang disebut Volks Facility.
Konsep coworking space atau kantor bersama yang berada di gedung Volks lantai 2. Sesuatu yang belum pernah ada di Pekanbaru
Coworking space ini berada di lantai 2 gedung Volks yang berada di kawasan Sukajadi, Pekanbaru. Persisnya di Jalan Rajawali nomor 5. Tempat yang disediakan cukup nyaman dan representatif.
Coworking space ini bisa memuat 40 orang untuk function room. Sementara untuk meeting room bisa memuat 8-10 orang.
Owner Volks.co, Faisal Abdillah bercerita, coworking space ini bisa digunakan oleh para komunitas, pekerja kreatif hingga perusahaan-perusahaan start-up di Pekanbaru.
‘’Kita menyediakan ruang kelas. Gak hanya (belajar) tentang kopi, tapi juga tempat kita belajar hal lainnya,’’ sebut Faisal. 
Coworking space yang ditawarkannya mengusung konsep industrial abstrak. Konsep ini direpresentasikan oleh dinding-dinding setengah jadi atau tanpa plaster. Di beberapa sisi lagi kelihatan dinding-dinding yang sudah diplester tapi tanpa dicat.
Lukisan mural aneka motif juga tampak memenuhi salah satu sisi dinding. Di function room yang memuat 40 orang, terdapat kursi-kursi berbentuk kotak yang terbuat dari kayu olahan. Pada dinding sebelah kiri, 4 pasang meja dan kursi sengaja dibuat saling berhadapan.
Beragam fasilitas disediakan Volks Facility. Mulai dari ruangan meeting room, wifi 20 Mbps (dengan sistem mac addres), kotak pos, loker, proyektor, air mineral gratis, TV LED 40 dan 50 inch serta sound system.
Ruang meeting di tempat ini berukuran lebih kurang 3 x 5 meter. Sisi dindingnya terbuat dari  kaca yang langsung menghadap ke jalan.
Ada banyak fasilitas pendukung yang disediakan bagi pengguna jasa ini. Mulai dari ruangan meeting room, wifi 20 Mbps (dengan sistem mac addres), kotak pos, loker, proyektor, air mineral gratis, TV LED 40 dan 50 inch serta sound system.
Volks.co juga menawarkan beberapa skema promo untuk pengguna coworking space ini. Meliputi member tahunan, member bulanan dan member harian
Member tahunan dipatok seharga Rp 1 juta/tahun/gadget. 10 pendaftar di awal akan mendapatkan semua fasilitas coworking space dan 30 kali penggunaan meeting room maksimal 2 jam.
Member bulanan dipatok Rp 100 ribu/bulan/gadget. Untuk 15 pendaftar di awal akan mendapatkan fasilitas coworking space, kecuali loker dan kotak pos. Termasuk 2 kali penggunaan meeting room maksimal 2 jam.
Sementara member harian dikenakan tarif hanya Rp 25 ribu/hari/gadget. Promo ini berlaku sampai tanggal 16 April 2016 dengan mendapatkan fasilitas coworking space kecuali loker, kotak pos dan meeting room. Namun, mendapatkan secangkir kopi gratis.
Volks Koffie
Menuruni anak tangga menuju lantai 1, pengunjung bisa menikmati beragam varian kopi di Volks Koffie. Mulai dari aroma menggoda kopi Takengon, Aceh hingga khasnya cita rasa kopi Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Tak hanya menikmati, di Volks Koffie kita juga bisa mengenal keunikan minuman hitam pekat ini.
Coffee shop ini bertujuan untuk mengenalkan keunikan kopi lebih jauh dan menyesuaikan kebutuhan kopi terhadap customer.
Volks Koffie memberikan pelayanan unik bagi pelanggan, dimana pelanggan dapat mengenal proses pembuatan kopi dan karakteristik biji kopi itu sendiri.
Volks Koffie memberikan 2 sesi harga masing-masing sebagai berikut:
#SELAMATNGOPI: Dimulai pukul 08.00 – 12.00 WIB dengan banderol harga hanya Rp 10 ribu untuk semua produk basic espresso dan pastry.
#NYAMBINGOPI: Dimulai pada pukul 12.00 – 18.00 WIB dengan mematok harga Rp 15 ribu untuk semua produk basic espressomanual brewing dan pastry.
#PRIMETIMENGOPI: Dimulai pada pukul 18.00 – 23.00 WIB dengan mematok harga Rp 20 ribu untuk semua basic espressomanual brewing dan pastry.
Desain yang ditawarkan di lantai ini juga tak kalah menarik. Tulisan ‘’Volks Koffie’’ terpampang besar di bagian tembok.  Desain interior yang ditawarkan juga kelihatan menarik.
Uniknya, Volks Koffie juga membuat terobosan bernama Coffee Clinic. Dimana pengunjung dapat belajar lebih jauh tentang pembuatan kopi dan karakter biji kopi itu sendiri.
Dalam kelas ini akan dibahas bagaimana pengolahan biji kopi dalam bentuk manual brewing seperti shyponpour overdan cold brew.  

4 Street Food Jalan Sudirman Pekanbaru yang Wajib Dicoba

Sup Kaki Kambing Pak Kumis yang berada di Jalan Sudirman ujung, tepatnya di persimpangan Jalan Khadijah Ali, arah Pelita Pantai
Pekanbaru, tripriau.com – Hai Tripers, jalan-jalan keliling Pekanbaru di malam hari pasti tak lengkap bila belum mencicipi aneka kuliner pinggir jalannya.
Kuliner pinggir jalan atau street food selama ini memang memiliki cita rasa menggoda. Selain itu, street food juga asik dijadikan tempat nongkrong. 
Pekanbaru yang identik sebagai kota perdagangan, ternyata juga menyimpan beragam kuliner pinggir jalan (Street Food) yang enak. Terutama, beberapa street food yang berada di jalan protokal di kota ini, yakni Jalan Sudirman. 
Berikut kami sajikan 4 street food Jalan Sudirman yang wajib dicoba:
1.Kue Pukis Padusari
Kue panggang ini menjadi kudapan favorit yang banyak diburu orang di Pekanbaru.
Tiap hari, kue yang dijual dengan konsep gerobak ini bisa ditemukan di pedestrian dekat Mal Pekanbaru, mulai jam 5 sore sampai 11 malam.
Pukis Padusari memang dikenal lezat. Tak heran, kue panggang hangat satu ini menjadi kudapan favorit yang banyak diburu orang.
Tekstur yang empuk dengan paduan rasa manis dan gurih memberikan sensasi berbeda saat mencicipinya. Sangat pas sebagai teman minum kopi atau teh. Aroma wangi yang keluar dari kue ini membuat kita selalu tergoda untuk menikmatinya.
Sepotong kue Pukis Padusari takkan cukup mengobati rasa penasaran akan kudapan enak berbahan dasar terigu, telur dan mentega ini.
Kue Pukis ini bisa dipesan dan dibawa pulang dalam kemasan kotak. Perkotaknya biasa diisi 10, 15 hingga 20 buah pukis hangat. Perbuahnya dijual seharga Rp 1.500.
Pukis Padusari ini terdiri dari berbagai varian rasa. Diantaranya, strawbery, pisang, nangka, coklat, pandan, nenas, kacang, kismis, jagung, keju dan nutella.
Oh ya, menikmati kue pukis langsung di tempat alias on the spot, juga tak kalah mengasikkan. Kita bisa menyantapnya dalam keadaan hangat. Jangan khawatir, banyak tempat duduk berjejer di sekitar pedestrian ini. Tinggal pilih.
Mencicipi pukis lezat sambil menikmati suasana malam Pekanbaru, tentu bisa menjadi pilihan menarik untuk mengisi aktivitas di malam hari. 
2.Miso Kriuk
Mieso Ceker dengan sensasi kriuk
Salah satu yang wajib dicoba adalah Mieso Ceker Kriuk Putra Jaya. Lokasinya persis di seberang Kantor Cabang BRI. Tiap malam tempat makan satu ini selalu ‘’dijubeli’’ pengunjung. Saking ramainya, mieso ini biasanya sudah ludes jam 9 malam.
Mieso Ceker Kriuk ini memang terlihat seperti mieso pada umumnya, dengan isian mi kuning, mi putih, suiran ayam, dan taburan daun bawang serta bawang goreng yang disiram dengan kaldu.
Namun, sesuai dengan namanya, yang spesial dari mieso ini adalah ceker ayam kriuknya yang krenyes saat dimakan. Ceker kriuk ini adalah bagian kaki yang biasa disebut ceker yang digoreng kering. Sensasi ceker kriuk ini yang menambah lezat Mieso Putra Jaya ini. Meski disiram kaldu panas tapi ceker kriuknya akan terus memberikan sensasi krenyes-krenyes.
Semangkuk Mieso Ceker Kriuk ini bisa kita santap dengan mengeluarkan uang Rp 12 ribu. Mieso Ceker Kriuk Putra Jaya ini biasanya buka mulai jam 6 petang.
3.Martabak Radar Siang Malam
Martabak Radar Siang Malam salah satu kuliner legendaris yang sudah ada sejak tahun 80an. 
Martabak merupakan salah satu kuliner yang sudah sangat familiar bagi orang Indonesia. Hampir semua orang menyukai makanan satu ini.
Kalau sedang berada di Jalan Sudirman, Pekanbaru rasanya belum lengkap kalau belum mencicipi lezatnya martabak Radar Siang Malam. Martabak Radar Siang Malam ini salah satu kuliner legendaris dan sangat terkenal di Pekanbaru. Sudah ada di Kota Bertuah sejak tahun 80an.
Salah satu yang paling menarik dari Radar Siang Malam ini adalah tempat dan suasananya. Lokasinya sangat strategis, berada di Jalan Sudirman, persisnya depan Plaza Sukaramai.
Martabak Radar ini memiliki citarasa istimewa. Martabak Radar, seperti martabak lainnya sangat khas karena perpaduan rasa lokal seperti daging yang sudah direndang ditambah kuahnya yang encer dengan campuran irisan cabe rawit, daun bawang, irisan bawang merah serta tomat.
Selain depan Plaza Sukaramai, Martabak Radar juga buka dibeberapa tempat. Antara lain, Jalan Sudirman (Pertigaan Hang Tuah) dan Jalan Soebrantas No.76, Panam. Martabak Radar Siang malam ini buka dari jam 5 sore sampai jam 2 malam. 
4.Sup Kaki Kambing Pak Kumis
Sup Kaki Kaqmbing Pak Kumis dengan tekstur daging yang lembut ditambah campuran susu untuk kuah yang menambah cita rasa
Sup Kaki Kambing Pak Kumis ini merupakan salah satu tempat makan yang menawarkan sajian utama daging kambing.  Lokasinya di Jalan Sudirman ujung, tepatnya di persimpangan Jalan Khadijah Ali, arah Pelita Pantai. Di Pekanbaru, memang tak banyak tempat makan yang menawarkan sajian serupa.
Seperti kebanyakan street food malam hari di Pekanbaru, tempat makan satu ini juga mengusung konsep warung tenda dengan jejeran meja kursi yang terbuat dari kayu. Meski tampak sederhana, tiap malam Sup Kaki Kambing ini selalu dipadati pengunjung.
Sup Kaki Kambing Pak Kumis ini disajikan dengan cara unik. Pengunjung bisa memilih dan mengambil sendiri potongan-potongan daging kambing berupa kaki dan jeroan yang akan disantap. Potongan daging kambing ini disajikan di dalam wadah berupa baskom yang tersaji di atas meja.
Untuk seporsi sup kaki kambing hangat pengunjung bisa mengambil sebanyak 5 potong daging. Daging yang kita pilih kemudian diolah dengan teknik dan campuran rempah khas Sup Kaki Kambing Pak Kumis ini.
Sup Kaki Kambing ini memang memiliki cita rasa istimewa. Sup kaki kambing ini menggunakan susu sebagai campuran kuahnya. Bukan santan. Campuran susu ini membuat cita rasa sup ini makin kuat dan gurih

Melihat Lapak Servis Senapan Angin Satu-satunya di Pekanbaru

Wendri, pemilik lapak servis senapan angin di Pekanbaru
Wendri (48) melakukan pematrian pada sebuah batangan pompa senapan angin yang bocor. Tangan kanannya memegang gulungan timah, sementara tangan kirinya memegang gas api dan mengarahkannya pada dua buah lubang kecil pada batangan pompa tadi.
Pematrian atau penambalan dilakukan untuk menutupi kebocoran pada batangan senapan. Batangan ini kerap bocor dikarenakan volume angin yang berlebihan serta kualitas bahan yang tidak baik. Wendri meletakkan batangan ini pada sebuah mesin milling.
Begitulah aktivitas keseharian Wendri, pemilik usaha jasa servis dan pembelian senapan di Jalan Khadijah Ali, Senapelan, Pekanbaru.
Jasa servis dan jual beli senapan – khususnya senapan angin – ini sudah berjalan selama 30 tahun. Wendri mewarisinya turun-temurun dari kakek dan ayahnya.
Di lapak kayunya yang sederhana, deretan senapan angin berjajar rapi di salah satu sisi dinding. Bermacam merk senapan angin bisa ditemukan di sini. Sebagian besar milik para pelanggannya yang memanfaatkan jasa servisnya.
Kebanyakan senapan yang diservis mengalami kebocoran pipa. ‘’Ada juga yang ingin meng-up grade tenaganya,’’ kata pria berjanggut lebat ini.
Wendri menetapkan tarif berbeda untuk setiap servis senapan. Untuk senapan kecil dengan kerusakan ringan dia mematok 80 ribu rupiah. Sedangkan, jenis senapan yang lebih tinggi dipatok sebesar 175 ribu rupiah.
Bisnis servis senapan ini bisa dibilang satu-satunya di Pekanbaru, bahkan mungkin di Riau. Sehingga, pasar maupun pelanggannya pun datang dari berbagai daerah.
Mulai dari Teluk Kuantan, Rokan Hulu, Padang, Jambi, bahkan hingga Batam dan Malaysia.
Tiap hari selalu ada saja peminat senapan angin yang datang ke sini. Baik untuk memperbaiki kerusakan maupun membeli senapan baru.
Wendri menyebut pelanggannya datang dari berbagai kalangan. Mulai dari anggota kepolisian, perbakin, hingga penghobi senapan angin.
Namun, era online diakui Wendri, sedikit banyak mampu menggerus kemapanan usahanya. ‘’Sebenarnya, pelanggan kita ada terus. Tapi, orang sudah banyak juga yang cari jasa servis senapan secara online,’’ sebut pria asal Bengkulu ini. 

Rumah Tenun Wan Fitri, Pusat Tenun Terbesar di Pekanbaru

Tenun Wan Fitri
Rumah Tenun Wan Fitri bisa menjadi tempat terbaik untuk membeli dan menikmati keindahan tenun songket khas melayu Riau. Hampir setengah abad lamanya, rumah tenun ini terus bertahan dengan motif Riau dan keunggulan kualitasnya.
Rumah Tenun Wan Fitri menempati sebuah pekarangan yang cukup luas di Jalan Kayu Manis nomor 44 atau Subrantas Lama, Kecamatan Payung Sekaki, Kota Pekanbaru.
Sebuah rumah bergaya melayu dengan 3 lantai berdiri di atas pekarangan tersebut. Persis di depannya, sebuah pohon besar dengan daun yang lebat berdiri sebagai peneduh.
Di lantai bawah, puluhan alat untuk menenun atau yang dikenal dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) tampak memenuhi ruangan yang cukup luas.
Sementara di lantai atas, difungsikan sebagai galeri. Berbagai produk tenun khas melayu mulai dari suvenir, tenunan, dan pakaian khas melayu bisa ditemukan di lantai ini.
Siang itu hanya ada empat pekerja yang sedang sibuk menenun. Masing-masing sedang mengerjakan beberapa motif tenun yang berbeda. Sementara, alat tenun lainnya tampak tidak terpakai.
Hj Mursidah (62), pemilik tenun Wan Fitri mengatakan, mencari penenun saat ini menjadi hal sulit. Meski punya puluhan alat tenun, jumlah pekerjanya saat ini tinggal 12 orang.
''Sebagian lagi menenun di rumah. Alat tenunnya mereka bawa pulang,'' ujarnya.
Rumah Tenun Wan Fitri sudah ada sejak tahun 1969. Dulunya rumah tenun tersebut berlokasi di Jalan Perdagangan, Senapelan. Tidak begitu jauh dari kawasan Sungai Siak. Baru pada tahun 1978, pindah ke lokasi yang sekarang.
Asal-usul tenun Wan Fitri berawal dari Bukit Batu, tepatnya Desa Bukit Batu Laut. Sebuah daerah di Kabupaten Bengkalis yang lekat dengan lagu berjudul ''Laksamana Raja Dilaut'' yang dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Iyeth Bustami.
Dari Bukit Batu inilah Mursida berasal. Sebelum akhirnya memutuskan hijrah ke Pekanbaru.  
Di Desa Bukit Batu Laut sendiri, saat ini, masih banyak ditemui para ibu yang sehari-harinya menenun. ''Tenun di Bukit Batu pun sampai sekarang selalu dicari orang. Tak ada namanya tak laku terjual," kata Mursida.
Di Pekanbaru, tenun Wan Fitri sudah cukup terkenal. Pelanggannya datang dari berbagai kalangan. Berbagai perusahaan, pemerintahan, pejabat, hingga gubernur selalu menggunakan tenun songketnya dalam acara-acara resmi.
Para wisatawan yang datang ke Pekanbaru pun kerap membeli oleh-oleh tenun songket di sini.
Pelanggan biasanya membeli kain tenun Wan Fitri dengan cara memesan atau datang langsung ke galerinya. Mursida pun mengakui, dirinya selalu siap menerima pesanan dalam jumlah besar.
''Sebab, kita punya banyak pekerja dan cabang-cabang di berbagai daerah. Jadi kalau ada permintaan dalam partai besar, kita selalu siap,'' sebutnya.
Mursida menuturkan, keistimewaan tenun Wan Fitri ada pada kualitasnya. "Kualitasnya, kalau orang sudah ngerti, beda dengan orang lain punya. Benang yang kita pakai asli atau yang bagusnya," jelasnya.
Tenun Wan Fitri memiliki banyak motif. Antara lain, motif siku keluang, motif siku keluang, motif siku awan, motif pucuk rebung penuh, motif pucuk rebung bertabur, motif pucuk rebung bertali, motif mata panah, hingga motif daun tunggal dan sebagainya.
Produk yang ada digaleri Wan Fitri cukup beragam. Seperti, sulam tekat, talam tepung tawar, kotak hantaran, tas, alas meja, dompet, kotak memo, sendal, tanjak, bahan baju, seragam blazer, hingga baju pengantin.
Tas dengan motif songket melayu Riau dijual seharga Rp 700 ribu, dompet Rp 130 ribu, kotak memo Rp 85 ribu. Sementara untuk kain tenun songket dijual mulai paling murah Rp 1 juta dan paling mahal Rp 4 juta.

Ruang Publik di Pekanbaru

Salah satu ruang publik di Pekanbaru
Di bawah siraman matahari pagi, sekelompok lansia terlihat melakukan berbagai gerak tubuh di sebuah lapangan yang cukup luas di kawasan Mesjid Raya An-Annur Pekanbaru. Meski terlihat ringkih, namun mereka bersemangat menyelaraskan gerak dengan instruktur yang ada di depannya.
Hampir setiap pagi sekelompok lansia (lanjut usia) ini melakukan aktivitasnya di tempat tersebut, yakni senam yang dikhususkan bagi orang lanjut usia. Menjelang pukul sembilan, kegiatan berakhir. Senam berganti dengan canda tawa dan saling bercengkerama sambil lesehan di kawasan tersebut.
Kebutuhan akan ruang publik yang nyaman membuat warga kota sering mendatangi kawasan Mesjid Raya An-Annur ini. Ruang publik ini tidak sekedar tempat bersantai. Di tempat tersebut masyarakat bisa berolahraga, bahkan berjumpa kawan lama.
Mendatangi ruang publik merupakan momen pas untuk merekam aktivitas warga kota. Sekaligus melihat betapa penting keberadaan ruang publik bagi masyarakat.
Warga yang datang ke sini pun berasal dari berbagai kalangan dan usia. Anak-anak hingga orang lanjut usia menjalani aktivitas beragam di kawasan tersebut.  
Kawasan Mesjid Raya An-Nur ini biasanya sudah mulai ramai sejak pagi. Arealnya yang luas bisa dimanfaatkan untuk beragam aktivitas. Pagi itu, seorang ibu muda tampak sedang ‘menjemur’ bayinya di tengah matahari pagi. Beberapa orang lagi, dengan mengenakan jaket parasut mengitari area trek joging yang tersedia. Beberapa pria bersepeda juga terlihat sedang ‘gowes’ di area ini.
Saat matahari mulai merangkak naik, tempat ini mulai sepi. Orang-orang kembali ke aktivitas rutinnya. Sore hari kawasan ini kembali ramai dengan berbagai aktivitas. Lebih ramai dibanding pagi hari.
Andini (27), salah seorang karyawan swasta mengatakan sudah setahun terakhir rutin mendatangi ruang terbuka ini. Menurutnya, selain untuk menjaga kesehatan dengan berolahraga, di tempat ini dia juga sering mengatur waktu untuk bertemu dengan teman-temannya.
‘’Tiga kali seminggu saya usahakan untuk datang ke sini. Kalau hari minggu saya datang pagi. Kalau di luar itu saya joging di sini sore. Sering juga bikin janji dengan teman-teman,’’ kata perempuan yang tinggal di kawasan Sukajadi ini. 
Wiwid (23), salah satu mahasiswa perguruan tinggi ternama di Pekanbaru justru datang ke sini untuk tujuan berbeda. Mahasiswi semester akhir ini datang ke ruang publik tersebut untuk mencari responden guna mengisi angket penelitian untuk tugas akhir kuliahnya.
Mengapa memilih tempat ini? ‘’Di sini ramai sekali orang. Jadi mudah untuk mencari responden,’’ katanya singkat.
Kawasan Mesjid Raya An-Nur yang sering disebut dengan ‘Taj Mahal’ nya Riau ini memang menjadi tempat favorit bagi warga Kota Pekanbaru untuk bersantai.  Lokasinya sangat strategis di pusat kota, dengan akses masuk dari Jalan Hang Tuah.
Areal mesjid ini sangat luas. Sejak direnovasi secara besar-besaran pada tahun 2000, total luasnya mencapai 12,6 hektar.
Di depannya dibangun taman-taman, kolam air mancur, dan trek joging. Pohon-pohon besar berbaris menjadi peneduh bagi pengunjung saat matahari bersinar terik. Sebuah lapangan besar dengan lantai semen kerap dimanfaatkan anak-anak untuk bermain bola.
Dulu, banyak sekali pedagang makanan hingga pakaian berjualan di areal ini. Mereka membangun lapak-lapak sederhana dari tenda. Tapi sekarang keberadaan mereka tidak lagi terlihat. Seorang pedagang yang menyewakan raket untuk bermain badminton pun cuma bisa menyewakan jasanya dari balik pagar. 

Eksistensi Penjual Lemang Tapai di Pekanbaru

Salah satu penjual lemang di Pekanbaru
Lemang, salah satu makanan tradisional yang banyak dijual di pinggiran Jalan Sudirman, Pekanbaru. Makanan khas ini terbuat dari ketan putih dicampur dengan santan. Sementara tapainya terbuat dari ketan hitam yang dimasak melalui teknik peram selama beberapa waktu. Cara memasaknya yang dibakar dan bukan dikukus membuat makanan ini bisa bertahan selama tiga hari tanpa basi.
Lemang yang ditawarkan kepada pengendara motor dan mobil ini dikemas dengan rapi. Dimasukkan dalam bambu yang berukuran tiga jengkal, lalu dibalut dengan kertas koran. Untuk mengencangkannya diikatkan karet gelang pada ujung-ujung tabung bambu tersebut.
Dewi dan belasan pedagang lemang lainnya biasanya mulai menjajakan lemang saat hari beranjak siang. Karena jarak rumahnya tidak jauh dari Jalan Sudirman, Dewi biasa mengawali aktivitasnya pada pukul 11.00 WIB.
Dewi mengaku, lemang yang dijualnya bukanlah lemang yang dia buat sendiri. Sebagian besar mereka hanyalah sebagai penjual saja.
“Kebanyakan yang di sini sebagai penjual saja, kami ada bos masing-masing yang setiap hari membuat lemang tapai. Paginya  mereka masak, menjelang siang baru kami ambil dan jual di pinggir jalan ini,” ungkap Dewi.
Dewi menambahkan, jika dagangan mereka tidak laku dia harus mengembalikan lemang-lemang tersebut ke pemiliknya. Selain itu para penjual lemang tersebut harus bertahan menunggu dagangannya hingga pukul 23.00 WIB jika sedang sepi pembeli.
Penjual beranggapan, jika sepinya pembeli disebabkan makanan tradisional kurang diminati ditengah modifikasi makanan modern lainnya.
Soal keuntungan yang didapatkan, Dewi mengatakan untungnya hanya sedikit. “Untuk satu batang lemang, untungnya sangat kecil, makanya kami juga memperbolehkan pembeli yang hanya membeli setengah batang saja,” kata Dewi.
Namun begitu, meski beragamnya makanan modern di tengah masyarakat, makanan tradisional lemang tetap mendapatkan tempat dihati masyarakat. Ini dapat dilihat dari banyaknya penjual lemang yang berada di sepanjang Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru.
Lemang yang merupakan makanan tradisional di sebahagian Pulau Sumatera termasuk di Riau, dikombinasikan memakannya dengan tapai pulut hitam. Harga yang dipatok penjual cukup terjangkau dengan Rp 35 ribu per batang dan tapainya Rp 7 ribu saja per bungkus.

Semaraknya Suasana 'Kampung Terompet' Jelang Tahun Baru

Pengrajin Kampung Terompet tengah mengerjakan terompet untuk menyambut tahun baru
Menjelang tahun baru, terompet-terompet kertas warna warni mulai bermunculan. Berbagai macam bentuk, warna dan ukuran terompet mulai dari yang besar kecil, panjang, pendek, bentuk naga, bentuk lurus, hingga terompet bentuk tokoh kartun anak-anak dengan mudah kita temui.
Tidak afdhol rasanya menyambut detik-detik pergantian tahun tanpa tiupan terompet. Di Pekanbaru sendiri tradisi meniup trompet sudah dimulai pada awal tahun 90an. Hingga saat ini terompet seakan tak terpisahkan dari detik-detik menyambut pergantian tahun.
Penasaran dengan terompet kertas untuk tahun baru yang mulai bermunculan di beberapa jalan strategis dan toko mainan, tripriau.com menelusuri salah satu daerah pengrajin terompet di Pekanbaru.
Berlokasi di Jalan Ros, Kulim, kami menemukan satu kampung yang rumah penduduknya dipenuhi oleh ribuan terompet kertas berbagai macam bentuk dan ukuran.
Terompet-terompet disini merupakan hasil kerajinan para pengrajin terompet di daerah ini. Secara berkala terompet ini didistribusikan ke penjual-penjual terompet untuk memeriahkan momen pergantian tahun baru.
Warga disini menyebutnya dengan "Kampung Terompet". "Karena di sini mayoritas penduduknya adalah pengrajin terompet kertas, makanya dinamai begitu mbak,” jelas Samuri, salah satu pengrajin terompet kertas yang kami temui.
Samuri sendiri merupakan generasi kedua dari salah seorang pengrajin terompet. Ya, terompet di Pekanbaru sudah menjadi tradisi semenjak sekitar 15 tahun yang lalu. Di bawa oleh Pak Sudi, pengrajin perantauan dari Wonogiri, Jawa Tengah, terompet secara perlahan beliau kenalkan ke masyarakat Pekanbaru.
Perjuangan beliau memperkenalkan terompet dimulai pada tahun 1985. Pada saat itu, terompet masih belum dilirik oleh masyarakat. Namun Pak Sudi tidak putus asa, beliau terus membuat dan menjajakan terompetnya dari tahun ke tahun. hingga pada awal tahun 90an, masyarakat mulai terbiasa dengan meniup terompet kertas dalam menyambut pergantian tahun.
Hingga saat ini, terompet kertas masih menjadi salah satu simbol tahun baru bagi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan terompet di Pekanbaru dan daerah sekitarnya, Masyarakat di Kampung terompet telah memulai pembuatan terompet jauh-jauh hari sebelum pergantian tahun.
Berasal dari Wonogiri, para pengrajin juga memboyong keluarga-keluarga mereka untuk mendulang keuntungan dari pembuatan terompet kertas di Pekanbaru. Terhitung sebanyak 14 rumah menjadi pengrajin terompet kertas untuk menyambut pergantian tahun.
"Dalam satu rumah, bisa memakai lima sampai enam orang tenaga kerja. Jadi kerjanya berkelompok per rumah, mbak," terang Samuri.
Dengan lihai, para pengrajin menyatukan potongan-potongan kertas dan membentuknya menjadi terompet beraneka ragam. Terompet-terompet ini dibuat secara manual, tanpa ada bantuan mesin. Setiap hari, menjelang momen tahun baru para pengrajin berjibaku menghasilkan beribu-ribu terompet.
Frekuensi pembuatan terompet akan semakin terasa mulai bulan November. Para pengrajin mulai lembur hingga larut malam demi memenuhi kebutuhan pesanan terompet. Dalam sehari, satu rumah dapat menghasilkan 200 buah terompet kertas berbagai macam bentuk.
Dalam setiap pergantian tahun, ratusan ribu terompet telah dihasilkan dari jemari tangan para pengrajin asal Wonogiri ini. Berbagai macam terompet mereka bentuk setiap harinya menjelang pergantian tahun.
Terompet Ular Naga menjadi bentuk yang paling digemari setiap tahunnya. Selain ular naga, para pengrajin juga membuat terompet berbentuk karakter kartun anak-anak, hingga terompet model klasik pun masih menjadi pilihan masyarakat.
Berbagai macam bentuk, warna dan ukuran terompet mulai dari yang besar kecil, panjang, pendek, bentuk naga, bentuk lurus, hingga terompet bentuk tokoh kartun anak-anak
Omset Berkurang, Tergerus Terompet Buatan Pabrik
Penjualan terompet kertas hasil kerajinan tangan ini mencapai puncaknya beberapa tahun yang lalu. Para pengrajin berhasil menjual hingga 240 ribu buah terompet dalam sekali momen pergantian tahun. Namun belakangan ini peminat terompet kertas sudah berkurang. Terompet kertas mulai tersingkirkan oleh terompet-terompet pabrikan. Hal ini tentu berdampak pada orderan terompet kertas yang di terima oleh para pengrajin di Kampung Terompet.
Ekonomi yang lesu dan minat masyarakat yang mulai beralih ke terompet pabrikan membuat dampak pendapatan para pengrajin terguncang. Untuk tahun ini saja, para pengrajin hanya mendapat orderan sebanyak 90 ribu terompet.
"Banyak berkurang orderannya mbak. Tapi gimana lagi? Cari makan nya dari sini. Tetap lanjut aja buat terompetnya,” aku Samudi memelas.
Sekarang, pengrajin terompet sudah ada di beberapa tempat di Pekanbaru. Salah satunya di Jalan Arifin  Achmad. Pengrajin terompet kertas di tempat ini juga berasal dari Wonogiri. Wonogiri memang terkenal sebagai daerah penghasil kerajinan dan mainan anak-anak.
Sebagian dari pengrajin tersebut menetap dan memboyong keluarga mereka ke Kota Bertuah. Sedangkan sebagian meninggalkan keluarganya di kampung. Dua hingga tiga bulan sekali mereka kembali ke Wonogiri untuk menjenguk keluarga.
Harapan mereka, setiap momen pergantian tahun, keuntungan yang mereka peroleh dapat dikirim ke keluarga di kampung.